Rabu, 09 Juni 2021

LOGIKA KOMUNIKASI

 

LOGIKA

Asal muasal kata “logika” adalah kata logos, logike, logica, logique, dan logic. Dua kata yang pertama berasal dari bahasa Yunani. Yang pertama berarti kata, ide, akal. Yang kedua berarti seni berpikir. Tiga kata berikutnya berarti sama dengan kata kedua. Hanya saja, kata ketiga berasal dari bahasa Latin, kata keempat berasal dari bahasa Prancis, dan kata terakhir berasal dari bahasa Inggris.

·         Dalam literatur logika, definisi leksikal atas logika itu selaras dengan definisi Jevons, Gamut dan Mendelson. Seperti dikutip oleh Nicholas J.J.Smith, Jevons, dan Gamut mendefinisikan logika sebagai “ilmu yang terkait dengan cara menghasilkan pemikiran. Cara itu pada pada satu sisi dipelajari, di sisi lain dikritisi jika telah mewujud dalam bentuk pemikiran. 

·         Logika formal dibahas untuk membuat dan mengurai pemikiran yang bentuknya shahih. Logika Material dikaji untuk membuat dan mengurai pemikiran yang isinya benar. Sejatinya, logika tidak hanya dua jenis. Ada beragam jenis logika bila dilihat dari sudut perolehannya, zaman timbulnya, bentuk dan isi argumennya, dan proses penyimpulannya.

·         Secara perolehan pengetahuan, logika terbagi dua: logika alamiah dan logika ilmiah. Logika alamiah bersumber dari akal sehat yang dimiliki secara kodrati oleh setiap manusia sebagai makhluk rasional untuk menghadapi hal-hal keseharian yang bersifat rutin dan sepele. Semua orang yang waras pikirannya, tanpa terkecuali, memiliki logika alamiah. Mereka semua dapat berpikir, tapi tidak semua dari mereka dapat berpikir dengan tepat dan benar. Karena itu diperlukan metode berpikir yang tepat dan benar, yang disebut dengan logika ilmiah, yaitu jenis logika yang dimiliki manusia dengan mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip, norma-norma, teknik-teknik dan hukum-hukum penalaran untuk mendapatkan ketepatan penalaran yang dapat dipertanggungjawabkan.

Semua orang bisa berkomunikasi, tapi tidak semua komunikasi bernilai logis. Sejauh komunikasi nonlogis dapat menimbulkan pernyataan keliru dan kesalahpahaman, komunikasi sangat membutuhkan logika.

Komunikasi dan Logika

Aristotle (384-322 SM), bapak retorika, mendefinisikan retorika sebagai “the faculty of observing in any given case the available means of persuasion”. Retorika adalah kemampuan meninjau sarana yang dapat digunakan untuk membujuk dalam berbagai keadaan. Kemampuan itu hadir terutama sekali karena proses belajar secara sengaja, baik melalui proses pengamatan, pembacaan, pemberitahuan atau pengalaman diri dan orang lain. Melalui pembelajaran, Aristotle mencapai suatu kesimpulan bahwa model-model bujukan ada yang bersifat teknis ada pula yang nontkenis.

Keberhasilan membujuk orang lain ditopang oleh faktor eksternal dan faktor internal komunikator. Aristotle menyebut faktor eksternal itu sebagai model bujukan nonteknis. Misalnya, saksi, bukti, dan dokumentasi yang memungkinkan komunikator membujuk komunikan dengan mudah. Faktor internal yang mengefektifkan bujukan disebut oleh Aristotle dengan istilah model bujukan teknis. Komunikator perlu mencari cara untuk membujuk komunikan dengan panduan prinsip-prinsip retorika.

Dari Logika untuk Komunikasi

Tak ada seorang pun yang dapat berbicara dengan tertib tanpa proses berpikir tertib. Tak ada pula orang yang bisa menulis secara sistematis tanpa pikiran sistemetis. Secara praktis, logika dapat membantu orang dalam bicara dan menulis secara tertata rapih. Logika merupakan metode membuat dan mengurai pemikiran secara shahih dan benar. 

Ujaran dan tulisan yang semacam itu diperlukan betul oleh komunikasi, terutama komunikasi verbal. Komunikasi verbal dituntut untuk berbicara secara rasional dan faktual. Tuntuan itu dapat dipenuhi jika komunikator berpikiran koheren dan koreponsen. Logika membentuk koherensi pemikiran melalui logika material. Di situlah titik pentingnya filsafat bagi poetika dan retorika dalam paideia. 

Yang dimaksud dengan paideia adalah seni berpikir yang menyatukan filsafat, poetika, dan retorika. Dalam paideia, filsafat yang identik dengan pemikiran, menopang retorika dan poetika yan identik dengan ujaran dan tulisan. Komunikasi, khususnya yang verbal, berporos pada ujaran dan tulisan yang tidak akan jelas tanpa pemikiran yang jelas. Logika, di pihak lain, mengarahkan pikiran menjadi jelas. Di titik itu, logika memang dibutuhkan oleh komunikasi.

AKSIOLOGI KOMUNIKASI

 

AKSIOLOGI KOMUNIKASI

 

Aksiologi adalah cabang filsafat yang mengkaji nilai-nilai. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ilmu komunikasi dituntut satu pertanyaan yang perlu dilontarkan, yaitu sejauh mana political will campur tangan dalam menentukan teori-teori yang sarat nilai? Dalam persoalan Aksiologis terdapat 2 posisi umum: Pertama, ilmu yang sadar/sarat nilai, mengakui pentingnya nilai bagi penelitian dan teori secara bersama-sama berupaya untuk mengarahkan nilai-nilai itu kepada tujuan yang positif. Kedua, ilmu yang bernilai netral, percaya bahwa ilmu menjauhkan diri dari nilai-nilai, dan bahwa para cendikiawan mengontrol efek nilai-nilai itu (Effendy, 1992: 335-336). 

Salah satu cabang filsafat yaitu aksiologi, yang membahas nilai. Istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani Axios dan Logos. Axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, sedangkan Logos artinya teori atau ilmu. Akisologi berarti teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria, dan status metafisika dari nilai dalam pemikiran filsafat yunani. 

MASALAH UTAMA DALAM AKSIOLOGI 

1.       Kodrat Nilai 

2.       Jenis-Jenis Nilai 

3.       Kriteria Nilai 

4.       Status Metafisik 

Tiga jawaban penting yang diajukan dalam persoalan status metafisika ini, yaitu: 

·         SUBJEKTIVITAS 

·         OBJEKTIVITAS LOGIS 

·         OBJEKTIVITAS METAFISIKA 

ETIKA Salah satu cabang aksiologi yang banyak membahas masalah nilai, baik atau buruk adalah bidang etika.  Sebagai ilmu, etika menyelidiki tentang tingkah laku moral yang dapat dihampiri melalui 3 macam pendekatan, yaitu:  Etika Deskriptif.  Metaetika.  Etika Normatif.  Beberapa manfaat etika yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kehidupan yang konkret, yaitu:  Perkembangan hidup masyarakat;  Gelombang modernisasi;  Etika juga menjadikan kita sanggup menghadapi ideology-ideology asing;  Etika diperlukan oleh penganut agama manapun. 

EPISTIMOLOGI

 

EPISTIMOLOGI

 

Epistemologi

Cabang utama filsafat kedua adalah epistemologi atau (teori pengetahuan). Berasal dari bahasa yunani, episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, dan logos artinya teori atau ilmu. Epistemologi secara etemologis berarti teori pengetahuan.

Istilah lain epistemologi menurut soejono soemargono :

1.     Kriteriologi

2.     Kritik pengetahuan

3.     Gnociology

4.     Logika material

Pada dasarnya epistemologi adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dan dalam prosesnya mengunakan metode ilmiah, yaitu suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang dan mapan, sistematik dan logis yang mempelajari watak, batas, dan berlakunya ilmu pengetahuan.

Kajian dalam Epistemologi  :

1. Asal usul pengetahuan 

2. Peran pengalaman dan akal pengetahuan 

3. Hubungan antara pengetahuan dengan keniscayaan 

4. Hubungan antara pengetahuan dengan kebenaran

 5. Kemungkinan skeptisisme universal 

6. Serta bentuk bentuk perubahan pengetahuan yang  berasal dari konseptualisasi baru mengenai dunia

Selasa, 23 Maret 2021

Ontologi Komunikasi

 Kata Ontologi berasal dari kata “Ontos” yang berarti “berada (yang ada)”. Ontologi membahas apa yang ingin diketahui mengenai teori tentang “ ada

“ dengan perkataan lain bagaimana hakikat obyek yang ditelaah sehingga
membuahkan pengetahuan.

Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu hakekat yang menyelidiki alam nyata ini
dan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Obyek telaah ontologi adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan
tertentu, ontologi membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha
mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua
bentuknya.

Ontologi seringkali diidentifikasikan dengan metafisika, yang juga
disebut dengan proto-filsafat atau filsafat yang pertama. Persoalan tentang ontologi menjadi
pembahasan yang utama dalam bidang filsafat, yang membahas tentang realitas. Realitas adalah
kenyataan yang selanjutnya menjurus pada sesuatu kebenaran.

Selasa, 16 Maret 2021

SEJARAH FILSAFAT YUNANI KUNO DAN ISLAM

SEJARAHA FILSAFAT YUNANI KUNO

Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos  (dongeng-dongeng).

Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang isteri alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.

Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Di dalam sejarah filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga pernah kalah, pernah juga kedua-duanya sama sama-sama menang. Diantara keduanya , dalam sejarah, telah terjadi pergugumulan berebut dominasi dalam mengendalikan kehidupan manusia.

Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal logis yang bertempat di kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di dalam dada.akal itulah yang menghasilkan pengethauan logis yang disebut filsafat, sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan mistik, iman termasuk disini. Ciri umum filsafat yunani adalah rasionalisme yang dimana mencapai puncaknya pada orang-orang sofis.

Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Apakah intisarinya? Mungkin yang beraneka warna ynag ada dalam alam ini dapat dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti alam, dengan istilah mereka : mereka mencari arche alam (arche dalam bahasa yunani yang berarti mula, asal).

Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:

1.      Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap sebagai awal dari uapaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus dan lain-lain.

2.      Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai edukatif.

3.      Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasrkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.

Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.

            Periode yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati sekitarnya.mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah. (https://khotimhanifudinnajib.blogspot.com/2011/07/sejarah-filsafat-yunani-kuno.html)

 

SEJARAH FILSAFAT ISLAM

secara historis, perkembangan filsafat dalam Islam dapat dikatakan dimulai oleh pengaruh kebudayaan Hellenis, yang terjadi akibat bertemunya kebudayaan Timur (Persia) dan kebudayaan Barat (Yunani). Pengaruh ini dimulai ketika Iskandar Agung (Alexander the Great) yang merupakan salah satu murid dari Aristoteles berhasil menduduki wilayah Persia pada 331 SM. Alkulturasi kebudayaan ini mengakibatkan munculnya benih-benih kajian filsafat dalam masyarakat Muslim di kemudian hari. Penerjemahan literatur-literatur keilmuan dari Yunani dan budaya lainnya ke dalam bahasa Arab secara besar-besaran di era Bani Abbasiyah (750-1250an M) dapat dikatakan memberi pengaruh terbesar terhadap kemunculan dan perkembangan kajian filsafat Islam klasik. Peristiwa tersebut kemudian menjadikan periode ini sebagai zaman keemasan dalam peradaban Islam. Ini sekaligus menunjukan keterbukaan umat Muslim terhadap berbagai pandangan yang berkembang saat itu, baik dari para penganut keyakinan monoteis lainnya, seperti kaum Yahudi yang mendapat posisi penting saat itu di negeri-negeri Islam (Ravertz, 2004: 20), hingga kaum Pagan, yang terlihat dari ketertarikan umat Muslim terhadap literatur bangsa Yunani Kuno yang mana sering diidentikan dengan ritual-ritual Paganisme.

 

Keterbukaan dan ketertarikan umat Islam terhadap literatur-literatur ilmu pengetahuan dari budaya lain diyakini telah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan, terutama terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan yang di kemudian hari berkembang lebih lanjut pada Abad Pencerahan di Eropa. Dunia pemikiran Islam kemudian semakin terfokus pada pendamaian antara filsafat dan agama ataupun akal dan wahyu, yang kemudian mempengaruhi semakin diusungnya integrasi antara akal dan wahyu sebagai landasan epistemologis yang berpengaruh pada karakter perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam. Kondisi tersebut memunculkan semakin banyaknya cabang-cabang keilmuan dalam dunia Islam, yang tidak hanya bersifat teosentris dengan merujuk pada dalil-dalil Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai sumber kebenarannya oleh para Mutakalim (ahli kalam), tetapi juga bersifat antroposentris dengan rasio dan pengalaman empiris manusia sebagai landasannya tanpa menegasikan dalil dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits. Pada periode ini, dunia Islam menghasilkan banyak filsuf, teolog, sekaligus ilmuwan ternama seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Kindi, Al-Ghazali, dan Ibnu Rusyd. Kajian filsafat Islam di periode ini umumnya mengkaji lebih lanjut pandangan-pandangan perguruan filsafat peripatetik di Eropa seperti logika, metafisika, filsafat alam, dan etika, sehingga periode ini disebut juga sebagai periode peripatetik dari kajian filsafat Islam (Islamic/Arabic peripatetic school).Pasca kematian Ibn Rusyd pada abad ke-12 M, kajian-kajian peripatetik dalam filsafat Islam mulai meredup. (https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_Islam)

Sabtu, 06 Maret 2021

Apa itu Filsafat dan Filsafat Komunikasi?

 

  •             Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialetika.

 

  •          Filsafat Komunikasi adalah disiplin ilmu yang menelaah pemahaman secara fundamental, metodologi, sistematis, analitis, kritis, dan holistis mengenai teori dari proses komunikasi yang meliputi berbagai dimensi dan berdasarkan bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan metode komunikasi.

Jumat, 08 Januari 2021

Memasuki Budaya Baru : Menjadi Kompeten

 Memasuki Budaya Baru : Menjadi Kompeten

Kompetensi Komunikasi Antarbudaya

MENJELASKAN KOMPETENSI KOMUNIKASI ANTERBUDAYA

Spitzberg mengatakan bahwa : Kompetensi komunikasi antar budaya adalah “perilaku yang pantas dan efektif dalam suatu konteks tertentu”. Lebih detai dari Kim : kompetensi komunikasi antarbudaya merupakan “kemampuan internal suatu individu untuk mengatur fitur utama dari komunikasi antarbudaya : yakni, perbedaan budaya dan ketidakbiasaan, postur inter-group, dan pengalaman stress”. Apa yang dinyatakan dua definisi ini pada kita adalah bahwa menjadi komunikator yang kompeten berarti memiliki kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dan sesuai dengan anggota dari budaya yang memiliki latar belakang linguistik-kultural. 

KOMPONEN DALAM KOMPETENSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

Banyak penelitian dalam hal kompetensi komunikasi antarbudaya mengungkapkan 5 komponen kompetensi yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dan pantas dalam budaya yang lain.


1. Motivasi untuk berkomunikasi

2. Pengetahuan yang cukup mengenai budaya

3. Kemampuan komunikasi yang sesuai

4. Sensitivitas

5. Karakter

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Antarbudaya

1. Sadarilah Budaya Anda

2. Amatilah Perilaku Pribadi Anda

3. Memahami Gaya Komunikasi Anda

4. Memonitor Diri Anda Sendiri

Mempraktikkan Cara Mendengar yang Efektif


Budaya sangat mempengaruhi bagaimana anda berkomunikasi, apa yg anda komunikasikan, dan bagaimana anda merespons komunikasi itu. Mendengarkan secara efektif membantu untuk mengerti peranan budaya.


1. Mendengarkan Secara Langsung dan Tidak Langsung

2. Nilai Dalam Mendengarkan

3. Komunikasi Non-Verbal dan Mendengarkan

4. Berikan Umpan Balik


Kejutan Budaya


Kejutan budaya merupakan keadaan mental yg datang dari transisi yg terjadi ketika anda pergi dari lingkungan yg anda kenal ke lingkungan yg tidak anda kenal dan menemukan bahwa pola perilaku anda yg dulu tidak efektif. Reaksi yg diasosiasikan dengan kejutan budaya bervariasi diantara setiap individu dan dapat muncul dalam waktu yg berbeda. Misalnya seseorang yg terus menerus berhubungan dengan budaya yg lain mungkin merasa sedikit gelisah. Menurut Ryan dan Twibell, kejutan budaya membutuhkan bebrapa penyesuaian sebelum akhirnya dapat beradaptasi dengan lingkungan yg baru. Ada 4 tahap kejutan budaya yaitu :


1. Fase kegembiraan

2. Fase kekecewaan

3. Fase awal resolusi

4. Fase berfungsi dengan efektif 

AKULTURASI : PENYESUAIAN TERHADAP BUDAYA YANG BARU

Akulturasi merupakan proses pembelajaran bagaimana untuk hidup dalam budaya yg baru. Berry menjelaskan akulturasi sebagai proses dari perubahan budaya dan psikologis yg terjadi sebagai akibat dari hubungan antara dua atau lebih kelompok budaya dan anggotanya. Dalam tahap individual, hal ini melibatkan perubahan dalam perilaku seseorang ;

-Bahasa.

-Ketidakseimbangan.

-Etnosentrisme.

-Dinamika Stress-Adaptasi-Pertumbuhan.

PRAKTIK KOMUNIKASI INTERPERSONAL YANG BERETIKA

Dalam bagian ini kita akan mendiskusikan 5 orientasi dan perilaku yang direkomendasikan yang berasal dari orientasi yang menolong mengembangkan etika antar budaya :


1.Komunikasi menghasilkan respon.

2.Menghargai orang lain.

3.Mencari persamaan antara masyarakat dan budaya.

4.Menghargai perbedaan budaya.

5.Menerima tanggung jawab dari perilaku anda.

KESIMPULAN


Komunikasi dengan perbedaan budaya dapat menghasilkan respon emosi, seperti perasaan kikuk dan gelisah. Untuk meningkatkan komunikasi antar budaya, kita harus mengetahui budaya mengenali prilaku pribadi dan gaya komunikasi. Dan gaya komunikasi, memonitor diri, berempati, menyadari perbedaan budaya dalam mendengar, mengembangkan fleksibilitas komunikasi, dan juga belajar mengenai adaptasi budaya. Penting untuk menghargai orang lain ketika terlibat dalam komunikasi antar budaya. Menghargai perbedaan budaya adalah penting dalam berkomunikasi antar budaya yang etis. Diatas semuanya kita harus menerima tanggung jawab atas perilaku komunikasi yang kita lakukan.


LOGIKA KOMUNIKASI

  LOGIKA Asal muasal kata “logika” adalah kata logos, logike, logica, logique, dan logic. Dua kata yang pertama berasal dari bahasa Yunani...